Bukan Sembarang Muslimah
Assalamualaikum ...
Cie ... Cie ... Cie...
Oke stop aneh-anehnya hihihii ...
Akhir-akhir ini gak tau kenapa setiap buka YouTube gue sering banget buka ... buka ... buka apa hayooo? Buka .... hahaha udah gak usah mikir aneh-aneh.
Gue akhir-akhir ini sering banget nonton presentasinya Ust. Felix Y Siauw. Bermula dari nyari-nyari video rohis yang bagus, tiba-tiba di samping layar video yang lagi gue tonton itu ada suggest presentasinya Ust Felix Y Siauw pas di LA. Los Angeles bukan Lenteng Agung, gak usah norak kenapa si -_-
Durasinya satu jam lebih, akhirnya gue nonton lagi presentasinya Ust. Felix yang lagi promosiin bukunya yang berjudul "Yuk Berhijab". Gak usah ditanya gimana presentasinya. Bagus dan penuh dengan pemikiran logis.
Ada di part time ke berapa gitu gue lupa yang cukup menohok banget buat gue dan mungkin banyak lagi muslimah jaman sekarang. Menyindir dengan alus tapi nyelekit. Well gue gak ngelakuin memang, tapi mungkin hati gue sempet menyenggol ke arah situ.
"Katanya rohis, kok pacaran? Kan pacarannya Islami. Pacaran yang seperti apa yang Islami? Pacaran di pelataran masjid?" Kata Ust Felix dalam presentasinya.
Gue mencoba menjadi Ust Felix. Bukan, bukan berati gue buka jilbab dan motong rambut kayak beliau. Maksud gue, gue mencoba berfikir logis atas segala sesuatu yang baru gue dapetin.
Ini bener banget. Gak ada judulnya Pacaran secara Islami. Atau mungkin ada yang bilang, Pacaran Sehat. Pacaran Sehat itu yang seperti apa? Pacaran yang tiap pergi ngajak olahraga/gym?
Islam bermaksud menjaga ma'ruahnya wanita. Membungkus mereka untuk menjadi benteng negara dan benteng agama yang baik. Menjaga mereka agar tetap berada 3 kali lebih tinggi derajatnya dari laki-laki.
Berjilbab juga bukan hanya tentang menutup aurat yang terlihat secara sempurna. Tapi juga harus diikuti dengan tingkah laku yang mencerminkan bagaimana wanita yang berjilbab. Wanita yang mencoba menjaga pandangan laki-laki nakal terhadapnya, tapi malah mempersilakan laki-laki nakal itu mendekatinya dengan cara mengizinkannya dijadikan pacar.
Sulit mungkin ketika cinta sudah menggelora. Akal sehat kadang izin pulang kampung entah kemana. Tapi lebih sulit lagi bila pada akhirnya cinta kandas tak sampai dipelaminan dan berakhir dengan sebutan "mantan gue tuh".
Alhasil pacaran hanya akan membuahkan sesal di dada. "Tau gitu ..." dan bla bla blaaaaa.. udah gak ada gunanya. Pengetahuan barunya adalah, ketika memang cinta, seharusnya saling menjaga. Bukan membeberkan hal-hal yang belum saatnya.
Comments
Post a Comment