Yang Harus Dikalahkan


Semester ini banyak hal-hal baru yang gue pelajari. Sebagian tentang kompetisi kehidupan. Begini..

Dua bulan di akhir tahun ini gue memutuskan untuk magang di salah satu kementerian. Sebenarnya ini bukan kewajiban dari kampus, sekedar optional. Gue memilih magang karena, pertama ngerjain proposal rasanya gak ada rampungnya. Setelah defence gue diterima, masih banyak hal yang harus gue pelajarin perihal kasus yang mau gue angkat di skripsi gue nanti. Takes time banget kalau hari-hari gue hanya di rumah dan kampus untuk mempelajari berbagai hal yang belum gue pahami itu. Harus ada kegiatan lain selain belajar. Kedua, gue mau ngerasain lagi gimana rasanya gue berada di tempat asing, gak ada orang yang sama sekali gue kenal, dan gue harus survive disana. Toh pada akhirnya, setelah lulus nanti gue harus survive sendiri di tempat gue bekerja. Nah, latihannya sekarang. Walaupun udah pernah punya pengalaman survive sendiri, tapi kok gue mulai lupa rasanya berinteraksi dengan orang-orang baru itu macam apa. Maklum, gue mahasiswa yang kerjanya Cuma belajar-nggibah-ketawa, gitu aja terus diulang-ulang dari awal semester sampai semester ini. Pas masuk kuliah si gue juga gak ada yang gue kenal seangkatan, yang gue kenal malah anak beda angkatan. Ujung-ujungnya ya survive sendiri. Cari teman sendiri. Intinya, berada di tempat dimana lu merasa asing dan gak kenal sama siapapun itu sebenarnya asik. Jadi, jangan takut kemana-mana sendiri. Dan jangan julit sama orang yang suka pergi kemana-mana sendiri. Cobain dulu. Enak lho.

Makin ketemu banyak orang, sisi lainnya kadang bikin kita minder juga. Terlebih ketika tau ternyata kita seumuran dan dia udah “jadi” sedangkan kita masih aja berkutat sama proposal skripsi yang masih abu-abu akan di lanjutkan jadi skripsi. Dia udah hampir setahun berkutat disini, lah gue masih pusingin soal, “Ini sertifikat kkn kapan keluarnya kalau bukunya belum selesai revisi”. Wuilah.
Galery Pribadi

Gue juga beberapa kali bertemu sama koas-koas yang seumuran sama gue. Diumur kayak mereka, mereka udah bisa jadi seseorang yang punya manfaat untuk orang lain. Membantu secara nyata untuk mereka yang membutuhkan. Ah gitu lah pokoknya. Sedangkan gue?

Gue terus aja membandingkan diri gue dengan orang lain. Terus membandingkan pencapaian gue dan pencapaian orang lain. Gak rampung-rampung.

Padahal..

Setiap orang punya jalannya masing-masing. Setiap orang punya ceritanya masing-masing.
Bukannya semua bunga terkadang tidak mekar secara Bersama-sama?

Kadang iri si sama orang yang usia 24 tahun udah rampung S2, sedangkan perkiraan gue, gue akan rampung di usia 23 tahun dan itu S1.

Gue udah cukup lama sering membanding-bandingkan pencapaian gue sama pencapaian orang lain. Seakan-akan gue gak masuk itungan lah. Nothing. Tapi..

Sebenarnya seseorang yang harus selalu kita kalahkan pencapaiannya adalah diri sendiri. Bukan orang lain.

Seharusnya kita hanya harus jadi orang yang jauh lebih baik dari kita yang kemarin.

Kalau contoh sekolah, kemarin ulangan Bahasa Inggris dapat nilai 6, wah besok harus dapat 7. Jangan liat kanan kiri. Tetap focus sama pencapaian kita sendiri. Mereka yang terkesan lebih unggul dari kita pun mungkin juga punya pikiran kayak gini. Hanya harus mengalahkan pencapaian mereka yang kemarin.

Maka, bisa jadi, di masa mendatang, kita jadi seseorang yang unggul dalam bidang kita dan gak lagi sibuk membandingkan pencapaian kita dengan pencapaian orang lain yang beda bidang.

Semua orang sudah ada porsinya. Maka, jalani yang terbaik. Dan jangan lupa, pakai hati.

Someone said to me, “Kalau kamu sudah gak pakai hati dalam mengerjakan suatu hal, waktunya untuk meninggalkan hal tersebut. Semuanya gak akan sempurna kayak dulu ketika kamu ngerjain itu pakai hati”.

Runut gak si? Ya gitu lah pokoknya ya. Harap maklum, wuakakak.

Comments