Cantik Itu Luka

Postingan kali ini bukan bermaksud me-review/resensi novel. Lebih tepatnya gue ingin membahas pesan dari salah satu novel karangan Eka Kurniawan seorang lulusan dari Fakultas Filsafat UGM 1999 yang berjudul "Cantik Itu Luka". Novel yang sudah gue miliki sejak 21 Juli 2016--Iya gue selalu nulis tanggal kapan gue beli buku/novel apapun--ini entah kenapa tiba-tiba ada dorongan untuk menjadikannya sebagai sandaran gue dalam berargumen.

Novel ini menceritakan tentang dendam dan sisi lain dari "cantik". Mari kita bahas perihal "cantik".

Di negara ini ada satu hal yang aneh menurut gue perihal "cantik". Seseorang yang cantik akan jadi pembahasan yang sangat menarik dan bahkan jadi headline news atau trending topic. Misalnya, "Tukang getuk cantik", "Penjual pecel cantik", "Tukang bengkel cantik", "Blablaba cantik". Pertanyaannya, apa yang salah dari perempuan-perempuan cantik itu ketika melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tadi disebutkan? Yang paling sering gue dengar jawabannya adalah, "Sayang banget ya, padahal cantik". LAH. Emang kenapa? Kenapa si? Emang ada peraturan kalau pekerjaan-pekerjaan macam itu cuma dipersilakan untuk mereka yang tidak masuk ke dalam standar cantik di negara ini?
Cantik Itu Luka


Seakan-akan perempuan cantik tidak butuh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seakan-akan perempuan cantik tidak boleh berkotor-kotor ria, seakan perempuan cantik tidak pantas untuk pekerjaan-pekerjaan berat. Lalu apakah hal tersebut hanya pantas dilakukan oleh mereka yang dianggap kurang menarik? Padahal banyak perempuan-perempuan yang sudah lama berkecimpung di pekerjaan halal tersebut dan tidak pernah tersorot media. Kenapa? Hanya karena mereka dibawah standar cantik?

Back to Topic. Novel dari Eka Kurniawan ini membahas perihal seorang perempuan turunan Belanda Jawa bernama Dewi Ayu. Gak usah ditanya lagi gimana perawakannya. Singkatnya datanglah penjajah Jepang ke Indonesia dan menjanjikan kemerdekaan dengan menyekap semua orang Belanda beserta keturunanya. Semua perempuan diasingkan ke suatu pulau dan mereka di data perihal status mereka. Suatu hari, perempuan yang sudah remaja hingga dewasa dengan status single/sudah menikah dibariskan di lapangan. Salah satu prajurit Jepang pun menyeleksi siapa saja yang dianggap "cantik" untuk memenuhi kebutuhan biologis dari prajurit Jepang. Bagi mereka yang dianggap "kurang cantik" maka dipersilakan kembali ke ibu dan adik/kakak perempuannya. NAH. Kalau saja Dewi Ayu dianggap "kurang cantik", ia tidak akan dipaksa untuk memenuhi nafsu dari para prajurit Jepang kan? Jadi, "Cantik Itu Luka"?

Perempuan di negara ini masih menjadi objek visual. Bahan cat calling. Bahan bercandaan yang kelewat batas. Yang cantik akan di rayu sampai habis, yang jelek akan di intimidasi sampai tak bersisa. Kasian kalian perempuan. Mungkin laki-laki di negara ini masih bermasalah dengan sesuatu yang disebut "menghargai wanita". Sering kan kita liat comment di postingan instagram artis dan mereka diolok-olok macam bahan untuk fantasi mereka. Oh My Lord. Jangankan para artis yang mungkin pakaiannya terbuka, tadi gue abis nonton videonya Sabyan di Youtube sambil baca-baca komen. Innalillahi, masih aja ada laki-laki yang komennya gak pantas.

Seakan perempuan hanya sebatas wajah dan tubuh. Objek pemuas nafsu.

Pembahasan selanjutnya perihal tiga sepupu, dua perempuan dan satu laki-laki. Kedua perempuan ini memiliki kepribadian yang berbeda. Rengganis adalah anak perempuan yang cantik, kulitnya bersih, tubuhnya aduhai dan mampu menjadi provokasi beracun bagi siapapun yang melihatnya, namun Rengganis digambarkan sebagai perempuan yang "tidak cerdas dalam memahami berbagai hal", sedangkan Ai adalah anak perempuan dengan perawakan yang dianggap biasa-biasa saja namun digambarkan memiliki "kepribadian" yang dapat membuat semua laki-laki segan kepadanya. Krisan, sepupu laki-laki yang ternyata jatuh cinta kepada kedua sepupunya sendiri mengalami dilema. Ia sangat mencintai Ai karena kepribadiannya. Namun ia juga tidak bisa menolak kemolekan dari Rengganis sepupunya itu.

Singkatnya Krisan dan Rengganis melakukan hal tersebut. Rengganis hamil dan pergi dari rumah. Ai sebagai sepupu Rengganis sangat sedih dan terpukul, ia sakit hingga akhirnya meninggal karena memikirkan dimana sepupunya berada. Sepeninggal Ai, Krisan malah menjadi tidak karuan. Ia tidak menyangka bahwa apa yang dilakukannya dengan Rengganis menjadi sebab dari meninggalnya wanita yang sangat ia hormati dan sayangi.

Sederhananya, Eka Kurniawan menjelaskan bahwa wanita dicintai karena dua alasan yaitu karena ia cantik atau karena ia memiliki kepribadian. Di Novel ini ia menjelaskannya dengan sangat keras namun dengan bahasa yang tersirat khas filsafat. Bahwa ketika laki-laki mengharapkan untuk memenuhi kebutuhan biologis dengan si cantik, toh yang tidak masuk standar cantik juga memiliki apa yang dimiliki oleh si cantik.

Tidak ada yang salah dari "cantik", yang salah ketika kita terlalu menjunjung cantik sebagai standar dalam mencintai tanpa melihat dari sisi yang lainnya. Atau ketika kita menjunjung kecantikan dan lupa bahwa segalanya adalah pemberian dari Sang Pemilik Hidup.

Jadilah laki-laki yang menghargai perempuan dan melihat mereka dari sisi lainnya. Pada akhirnya, cantik bukanlah segalanya.

Jadi, "Cantik Itu Luka"?

Sepertinya postingan kali ini sedikit menyeramkan. Ah sudah lah.

Comments

Popular posts from this blog

[REVIEW] Andai Engkau Tahu

[REVIEW] Ya Rabb, Aku Galau

[REVIEW] "MOVE ON" #CrazyLove