Perspektif

Lagi-lagi pendengaran gue menangkap percakapan yang cukup menarik. Standarnya menarik? Karena percakapan itu masih terngiang di pikiran gue.

Kemarin malam gue dan mama mengantarkan saudara ke Stasiun Pasar Senen untuk kembali ke Kebumen. Sesampainya disana, ternyata kita nggak sengaja bertemu saudara yang berjualan di sekitar Stasiun. Untuk menghabiskan waktu menunggu kereta, akhirnya mama dan saudara gue ngobrol-ngobrol sedangkan gue lebih memilih mencari makan karena tadi pas buka puasa belum makan.

Pilihan gue jatuh kepada rumah makan padang yang ada di dalam stasiun. Gue masih tetap gak melupakan asal-usul ya.

Tempatnya gak begitu luas. Gue makan disana sendirian--udah gak usah dibahas yang ini. Ditengah-tengah menikmati nasi dan ayam bakar, kuping gue menangkap suatu percakapan antar karyawan yang terkesan sederhana tapi punya makna.

"Aduh gue pilek gak sembuh-sembuh", kata karyawan A.
"Alhamdulillah, berarti masih punya hidung. Kalau perut sakit, ya Alhamdulillah berarti masih punya perut". Kata karyawan B.

Sederhana ya? Si A mengganggap bahwa pileknya cukup mengganggu, sedangkan si B malah menyarankan si A untuk bersyukur karena itu tandanya ia masih punya hidung.

Disini gak ada yang salah atau benar, semuanya kembali lagi ke perspektif. Kalau ada dua orang melihat gelas yang punya gagang, si B melihat dari sisi gagang sedangkan si A melihat dari sisi berlawanan maka si A tidak akan melihat gagang tersebut. Si A gak salah. Cuma sudut pandangnya aja yang gak sama.

Jadi, semoga pileknya lekas sembuh.
Eh.

Comments

Popular posts from this blog

[REVIEW] Andai Engkau Tahu

[REVIEW] Ya Rabb, Aku Galau

[REVIEW] "MOVE ON" #CrazyLove