Poligami. Sebuah Diskusi Pelik

Beberapa kali saya diajak untuk berdiskusi perihal ini. Poligami.

Warning: This will be the longest post ever. Mari diskusi lagi.

Saya sebagai perempuan selalu tersentak setiap kali mendengar atau membaca kata itu. Seperti timbul perasaan sedih, kecewa, marah, atau entahlah saya sendiri juga tidak bisa mendefinisikannya dengan baik.

Mungkin ada beberapa kasus yang ketika kita mendengar ceritanya dengan lengkap, kita bisa memaklumi kenapa si laki-laki akhirnya memutuskan untuk menikah lagi. Tapi kasus yang sering saya dengar amatlah jaaaaauh berbeda.

Mereka memutuskan untuk menikah lagi dengan berbagai alasan yang bagi saya tetap saja no make sense. Beberapa alasan terkadang mencongkel rasa geram saya dan berujar, "Ini maksudnya mau membodoh-bodohi istrinya atau gimana?".

Misalnya, mereka menikah lagi untuk memberikan jalan ke surga kepada istri pertamanya karena sudi dimadu, atau mereka ingin menjaga pernikahan dengan tidak "jajan" diluar karena 'katanya' fitrahnya seorang laki-laki itu tidak bisa hanya mencintai satu wanita, atau seperti alasan Ustadz Arifin Ilham, "Saya ingin terbang tapi hanya punya satu sayap, Umi, bolehkah saya punya satu sayap lagi?", atau mainstreamnya mereka ingin mengikuti apa yang dilakukan rasulullah dengan memiliki banyak istri.

Ingin rasanya saya kupas satu per satu alasan-alasan yang sering saya dengar tersebut.

Ya saya tau, saya belum menikah, tau apa perihal pernikahan. Tapi setidaknya saya punya prinsip yang akan selalu saya pegang teguh.

Agama Islam sebenarnya malah mengajarkan monogami. Bukan poligami.

Bahasa Al-Qur'an terlalu sederhana ketika kita tidak mendalaminya dengan sungguh-sungguh. Bukankah banyak sekali ayat yang mengandung, ".....bagi orang-orang yang berpikir". Maka, jika ayat Al-Qur'an ditafsirkan sembarangan atau malah diputar balikan untuk keuntungan pribadi.... ah, sudah lah, terlalu berat membahas hal ini.

Sebenarnya di Surah An-Nisa ayat 3 sudah gamblang sekali menyebutkan bahwa, "...Maka jika kamu tidak yakin dapat berlaku adil, maka nikahilah seorang saja...". Ayat yang selalu dibombardirkan oleh mereka yang sangat amat mendukung kegiatan poligami. Sayangnya mereka seringnya enggan untuk membaca ayat ini sampai selesai. Pun kalau ada yang menyelesaikan, mereka akan mencari-cari berbagai jalur untuk menjelaskan apa itu adil yang dimaksud.

Dahulu, menikah dengan banyak wanita adalah hal yang lumrah. Tetapi semakin lama semakin banyak yang menentang karena ketidakadilan yang dirasakan. Islam hadir sebagai problem solving. Sesuatu yang "sudah biasa" terjadi tidak bisa dengan serta merta dihentikan begitu saja. Harus step by step. Maka, itu kenapa ayat tersebut diawal seperti mempersilakan laki-laki untuk menikahi lebih dari satu perempuan namun dibatasi hanya empat saja dari kebiasaan laki-laki pada masa itu yang menikahi peremuan dengan jumlah unlimited. Padahal inti dari ayat itu bukan terletak di awal, tapi diakhir ayat. Maka nikahilah seorang saja bila kau tidak yakin dapat berlaku adil. Selesai.

Rasulullah saja, seseorang yang tanpa cela, mengakui bahwa hatinya lebih condong ke Aisyah dibanding ke istri yang lainnya. Apakah hal itu adil untuk istri-istri yang lain? Dimana Aisyah mendapatkan porsi yang lebih besar di hati Rasulullah sedangkan yang lain tidak. Lalu, apakah Aisyah tidak pernah cemburu karena ia mendapatkan porsi yang lebih di hati Rasulullah? Bukankah ia pernah cemburu bahkan kepada Khadijah istri pertama rasul yang sudah lama wafat? Seorang rasul saja mengakui bahwa dirinya merasa tidak memperlakukan istri-istrinya dengan adil, lalu bagaimana laki-laki abad ini bisa dengan gagahnya merasa bahwa mereka dapat melampaui rasul kekasih Allah? Lalu, apa arti dari adil? Tiga hari dirumah istri pertama lalu 3 hari kemudian di istri selanjutnya?

Memang apa alasan rasul menikahi banyak perempuan? Apakah sesuai dengan alasan laki-laki jaman sekarang? Yang saya sering lihat, mereka menikahi perempuan-perempuan yang masih muda belia. Alasan gilanya, "Jumlah laki-laki dan perempuan kan tidak seimbang. Laki-laki lebih sedikit. Kasian kan perempuan". AIIIHHH.. Udah liat data BPS? Udah liat press release dari World Bank? Seingat saya, jumlah perempuan dan laki-laki di Indonesia ini masih seimbang terutama di usia produktif. Bahkan data World Bank yang saya dapatkan tahun 2016 kemarin menunjukan bahwa hingga kini di seluruh dunia tidak ada rasio 1:2 untuk laki-laki dan perempuan usia produktif. Yang mencapai rasio 1:2 adalah mereka yang sudah berumur lanjut. Jadi kalau ada laki-laki yang memakai alasan itu, suruh dia cari data BPS dan World Bank lalu sarankan ia menikahi nenek yang sudah ditinggal si kakek. Nah itu baru benar.

Alasan yang sangat amat sering kita dengar itu untuk mendapatkan surga Allah SWT dengan mengizinkan untuk dimadu. Hanya dengan menggadaikan rasa cemburu, kita para perempuan bisa mendapatkan surga dari Allah SWT. Rasanya islam tidak sejahat itu pada perempuan. Islam itu indah. Islam itu bukan agama yang menyakiti mahluknya. Apakah mungkin dengan mengikhlaskan si suami menikah lagi dan menyakiti dirinya sendiri adalah jalan menuju surganya? Rasanya ada banyak cara untuk meraih surga Allah SWT tanpa menyakiti diri sendiri. Menaati perintah suami itu perlu, maka, semoga kita mendapatkan laki-laki yang mengerti bagaimana harus bertindak dan memerintah istri tanpa melukai perasaannya.

Alasan selanjutnya, menghindari laki-laki untuk "jajan" di luar dan malah akan berdampak buruk di masa mendatang bila suami terjangkit HIV/AIDS. Wah ini baru the real ba*****n man cuy. Lah kan dari sebelum menikah juga udah ada ayat yang mengatakan bahwa harus menundukan pandangan dan menjaga kemaluan. Gak lupa kan? Terus kenapa sama istrinya? Bosen? Sama perempuan yang dengan suka rela menghabiskan waktunya untuk mengurusimu? Waktu dan tempat kami persilakan untuk meninju orang macam ini. Sekian.

The other reason is karena istri divonis tidak dapat melahirkan keturunan sama sekali. Kalau alasannya ini, saya sebagai perempuan akan sangat terpukul. Sudah divonis tidak mampu mengandung, ehh masih harus menghadapi kenyataan kalau harus ada perempuan lain di hidup si suami yang sudah kita temani dari saat dia tidak punya apa-apa. Bagi saya, vonis seperti itu memang harus diterima, tapi ingat, ada zat yang mampu membuat hal yang mustahil menjadi kenyataan. Contohnya? Etek (Panggilan tante di Sumatera Barat) saya divonis tidak bisa punya momongan setelah operasi kelenjar coklat--kalau tidak salah--di rahimnya. Pernikahan mereka baru satu tahun. Waktu itu etek saya dan om sudah berencana untuk mengangkat anak saja. Tapi apa? Allah SWT menunjukkan kuasanya. Tidak lama kemudian etek saya hamil. Tanpa program hamil. Sekarang dia punya tiga anak laki-laki yang amat bertanggungjawab dan bisa diandalkan di rumah kala etek saya harus dinas sampai tidak pulang 2 hari. Sekarang, gimana kalau ternyata si laki-laki yang divonis tidak subur? Siap kalau sewaktu-waktu ditinggal istri?

Terlebih ketika sang istri sudah melahirkan keturunan yang lucu serta shaleh dan shalehah. Masih mau poligami? Dia dengan rela menemanimu dari bawah, melahirkan anak-anakmu sampai tubuhnya sudah tidak sekencang dulu karena melahirkan, menyiapkan segala kebutuhanmu setiap hari, mengatur dana yang kau berikan agar cukup untuk kebutuhan keluarga, terkadang ia harus meninggalkan kegemarannya hanya untuk melihat dirimu dan anak-anakmu terpenuhi kebutuhannya, bahkan ia terkadang tidak sempat mengurus dirinya sendiri, lalu kau berikan ia hadiah dengan meminta izin untuk dimadu? Sehat? Lho, berarti perempuan gak ikhlas menjalankan semua itu? Minta digetok. Pernah membayangkan jadi perempuan?

Alasan lainnya, "Karena stock laki-laki baik itu gak banyak. Kan kasian dia kalau dapat laki-laki ba*****n". Pertama, orang baik tidak akan pernah merasa dirinya baik. Jadi kalau ada orang yang mengaku-aku baik, mungkin ia sedang sibuk pencitraan. Mungkin. Kedua, tau darimana kalau stock laki-laki baik itu sedikit? Situ ikut sensus?

Pernah kalian membayangkan betapa beruntungnya kalian disaat dia menerima ajakan kalian untuk merajut hari-hari selanjutnya bersama? Menemani kalian dari bawah, bersusah payah bersama untuk memenuhi kebutuhan, bersama-sama menyelesaikan masalah yang kadang tidak satu persatu hadir tapi bergerombol, mau ya perempuan itu. Padahal ada laki-laki lain yang jauh lebih dan leeeebih baik dan terkesan lebih mampu membahagiakan dan mengerti dia tapi dia lebih memilihmu. "Ya mungkin udah jodohnya, Allah SWT bawa hatinya ke saya". Nah itu dia, dijaga, bukan disia-siakan.

Masih banyak sebenarnya alasan yang ingin saya tangkis.
Oke. Tarik napas dulu.

Udah?
Kita mulai lagi.
Seringnya kita membahas poligami hanya dari sisi suami dan istri. Padahal ada pihak lain yang juga patut dibahas. Anak-anak.

Pernah membayangkan bagaimana kejiwaan anak ketika tau kalau ayahnya menikah lagi? Ketika tau bahwa mereka akan punya "ibu" lagi padahal sudah ada ibu yang setiap hari menemani mereka mengerjakan PR, menyiapkan sarapan, bekal sekolah, dan makan malam, mempersiapkan segala kebutuhan mereka. Lalu, untuk apa ayah menikah lagi?

Bila ada perempuan yang pada akhirnya bersedia dimadu, rasanya tidak ada satu perempuan pun yang tidak menitikan air mata atau bahkan menangis sesenggukan di kamarnya. Sendirian. 

Ketika dengan tidak sengaja si anak melihat ibunya menangis, ia mungkin akan bertanya, "Ibu kenapa nangis? Gara-gara ayah ya?", si ibu pasti akan menjawab, "Enggak nak, ibu cuma kelilipan". Santuy bu, anak ibu sudah tau kok kalau ada yang tidak beres. Bahkan ketika ia tidak pernah menemukanmu menangis lagi, ia tetap tahu bahwa sejak saat itu dirimu tidak sedang baik-baik saja.

Pernikahanmu kini adalah contoh dari pernikahan yang akan mereka jalani. Jika pernikahan kalian bukanlah pernikahan yang menurut anakmu membahagiakan, mereka akan mencari contoh pernikahan dari pasangan orang tua lainnya. Karena idealnya sebuah keluarga hanya ada satu ayah dan satu ibu. Itu saja. Bagaimana jika apa yang kamu lakukan malah membuat anak perempuanmu takut dan sulit percaya kepada laki-laki baik yang memintanya? Menganggap semua laki-laki sama seperti apa yang kamu perbuat ke ibunya? Calon menantumu harus punya tenaga lebih untuk menyakinkan anak perempuanmu bahwa apa yang dulu dirasakan ibunya tidak akan lagi ia rasakan. Gak kasian? Pernah berpikir sejauh ini?

"Ya harusnya sebelum menikah lagi, anak-anak juga dikasih edukasi yang baik". Oke, gini..

Anak ustad Arifin Ilham, Muhammad Alvin Faiz sebelum menikah ditanya oleh calon istrinya, "Kamu mau kelak seperti ayahmu?", Jawabannya, "Tidak. Karena saya tau betapa sakitnya mama ketika ayah meminta izin untuk menikah lagi. Saya, tidak mau menyakiti kamu". Kurang lebih begitu caption di postingan instagram beberapa waktu setelah menikah.

Beliau tidak mungkin tidak memberikan edukasi yang baik kepada anak-anaknya kan?

Sudah dapat apa yang saya maksud?

Jadi, Poligami lebih banyak hasanahnya atau mudharatnya?

Bagaimana dengan posisi si istri kedua?

Monggo kita diskusi lagi.

Note:
Postingan gue akhir-akhir ini jadi gak karuan. kadang pake "gue", kadang "saya". Hampurakeun. Ngikutin mood sama ngikutin hal yang lagi dilamunin. Gue udah bilang kok di positngan sebelum ini kalau gue lagi hobby ngelamun wkwk.

Kalau mau liat video perihal poligami, kamu bisa tonton Vice Indonesia di Youtube. Biar lebih greget.

Semoga postingan selanjutnya bisa bahas hal-hal yang sedikit santuy. Tau kan santuy? Plesetan dari kata santai. Ya kali aja ada yang gak tau. Namanya juga orang dagang.

Apa si sih.

Comments

Popular posts from this blog

[REVIEW] Andai Engkau Tahu

[REVIEW] Ya Rabb, Aku Galau

[REVIEW] "MOVE ON" #CrazyLove