Sesuai Porsinya
Sebenarnya ada apa perihal bulan ini ya? Gue jadi sedikit lebih aktif untuk terus nulis di blog. Bagus si, jadi lebih 'kreatif'. Setidaknya lamunan gue menghasilkan sesuatu. Coba kalau sesuatunya itu tiba-tiba skripsi gue rampung. Kan enak. Nulisnya ngalir, gak kebanyakan mikir, tiba-tiba "treeeng" jadi aja. Pake toga deh.
Sekarang daripada gue cuma asik ribut sama pemikiran gue sendiri dan kadang gak menemukan hasil, mendingan gue lempar aja ke khalayak ramai semua pernyataan dan pertanyaan yang sebenernya belum tentu benar dan penting. Ya gak?
Gue juga gak tau kenapa tiba-tiba banyak hal yang selalu gue pikirin. Ini juga hasil curhatan teman dan gue coba tarik benang merahnya.
Begini.
Ketika hidup meminta lu untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik tapi lu belum bisa melakukan apa-apa, kadang yang kita bisa ya cuma pasrah sembari tetap ikhtiar. Hancur rasanya ketika ada pihak yang berharap banyak sama lu tapi lu belum bisa mengubah keadaan dalam jangka waktu dekat ini.
Tapi kalau kita coba buka mata kita, ternyata hidup si A jauh lebih berat. Dia bahkan harus berdiri sendiri tanpa ada orang tempat dia untuk sekedar berkeluh kesah. Hebatnya, dia terlihat baik-baik saja.
Pertanyaannya, kenapa setiap orang diberikan masalah dengan beban yang berbeda-beda? Kenapa kita sering melihat kalau beban si A jauh lebih berat dari si B?
Menurut gue, gak ada masalah yang JAUH LEBIH BERAT atau JAUH LEBIH RINGAN. Semua orang punya porsinya masing-masing. Kita sebagai pihak ketiga (pihak pendengar) tidak pantas untuk menilai seberapa berat masalah A dan masalah B.
Sebenarnya sederhana. Si A diberikan masalah tersebut karena si A dianggap mampu menghadapi masalah tersebut. Kalau si A mendapatkan masalah seperti yang B hadapi, mungkin ia nggak sanggup menyelesaikannya. Begitu juga sama B.
Semua sudah sesuai porsinya.
Pun dengan kemampuan dan kelemahan yang kita miliki.
Kadang mungkin kita merasa iri ketika melihat seseorang mampu dengan mudahnya berbicara di depan orang banyak dengan begitu tenangnya sedangkan kita hanya diminta untuk bicara di depan kelas saja sudah mampu membuat kita panas dingin tak karuan. Tapi ternyata ia sulit sekali menyampaikan segala gagasannya dalam bentuk tulisan sedangkan kita dengan mudahnya merangkai kata di lembaran kertas dengan kata-kata yang begitu apik.
Kelemahan kita adalah kelebihan seseorang, dan kelemahan seseorang adalah kelebihan kita. Hanya letaknya saja yang tidak sama. Tapi kalau dipikir-pikir, tidak ada yang lebih dari yang lainnya. Semuanya sama. Sekarang, apa gunanya untuk tinggi hati?
Bagaimana?
Semua sudah sesuai porsinya?
Pun dengan kemampuan dan kelemahan yang kita miliki.
Kadang mungkin kita merasa iri ketika melihat seseorang mampu dengan mudahnya berbicara di depan orang banyak dengan begitu tenangnya sedangkan kita hanya diminta untuk bicara di depan kelas saja sudah mampu membuat kita panas dingin tak karuan. Tapi ternyata ia sulit sekali menyampaikan segala gagasannya dalam bentuk tulisan sedangkan kita dengan mudahnya merangkai kata di lembaran kertas dengan kata-kata yang begitu apik.
Kelemahan kita adalah kelebihan seseorang, dan kelemahan seseorang adalah kelebihan kita. Hanya letaknya saja yang tidak sama. Tapi kalau dipikir-pikir, tidak ada yang lebih dari yang lainnya. Semuanya sama. Sekarang, apa gunanya untuk tinggi hati?
Bagaimana?
Semua sudah sesuai porsinya?
Jadi, berapa rate tulisan ini dari 0-1?
Nol? Ya gitu lah. Namanya juga hasil lamunan.
Comments
Post a Comment